Jumat, 26 Agustus 2011

akhir cerita cinta tahun 2010

Satu persatu ku pandangi wajah-wajah yang sedang asyik nonton Susno Duadji dalam acara Kick Andy, Ayah, Ibu dan saudara-saudaraku. Setelah kupastikan mereka asyik menonton dan tentu saja sangat konsentrasi, aku lewat.menuju kamarku yang tangganya dekat mereka menonton. Kalau saja mataku tak berkunang-kunang, mungkin aku akan lewat dengan santainya. Yang paling aku takutkan adikku, kalau ia melihatku nanar, bisa-bisa dia menamparku. Adik menampar kakaknya? Kedengarannya memang agak sedikit sadis. Tapi aku memang sudah berjanji dengannya agar kuat. Tak menangis karena kaum adam. Maaf Wan, malam ini Mbak nangis lagi, ini yang terakhir, Mbak janji. Juga kuabaikan ajakan ayahku untuk share mengenai program yang aku presentasikan tadi, Maaf Yah, aku ngantuk besok saja.
Aku Berlalu dari hadapan mereka tanpa mengangkat wajah.

Hampir ku mainkan gitarku ketika aku sampai kamar, ingin menyanyikan lagu D’massive, Rindu Setengah Mati, tapi bukannya aku bilang mengantuk tadi pada ayah. Ya sudahlah aku menulis saja. Ku buka laptopku. Kuputar lagu Once, Simphony yang Indah, kuputar pelan agar tak terdengar sampai ke bawah. Ada sebuah symphony, kata hati disadari, merasuk sukma kalbuku…………………………………………… Burung-burungpun bernyanyi, bungapun tersenyum melihat kau hibur hatiku, hatiku mekar kembali terhibur symphony, pasti hidupku kan bahagia…….

Aku masih terpaku dengan lagu itu, belum mengetikkan jariku sama sekali. Menerawang jendela kamar yang tembus pemandangan malam, sengaja ku buka tadi. Hati, perasaan dan logikaku sedang berperang bersama bayangan dua sosok kaum adam yang berusaha merasuki fikiranku dan menghambat kerja otakku. Yang satu mantan pacarku, yang satu lagi pria yang cukup dekat denganku tapi kini sudah mulai menjauh karena ada sosok lain yang lebih sempurna menurutnya daripada aku. Aku memang tidak sempurna untuk mereka. Maaf atas ketidaksempurnaan itu, Bung. Terkadang logikaku masih sedikit kalah dengan perasaan. Aku sudah berjuang memenangkannya, malam ini aku berjuang lagi. Meskipun butir bening itu sudah meleleh setelah aku mendengar statementnya bahwa ada yang lain, yang lebih baik. Rasanya airmata ini tak bisa dihentikan, Bung.

Tapi cukup dengan menuliskan kesedihanku kemudian aku membacanya, semua itu terobati. Ternyata kesedihan itu ingin dipahami dan diperhatikan juga, maka ia tak akan berlama-lama memenuhi fikiran kita. Dan kupastikan lagi dengan memandang Ayah Ibuku dari atas, mereka masih nonton, hanya berdua, yang lain sudah beranjak keperaduan. Beliau yang selalu memperhatikanku, merawatku dan mendidikku, tapi jarang kutangisi, harusnya airmata yang keluar dari mataku bukan airmata seperti ini, tapi airmata kebahagiaan atas prestasiku. Rasanya aku ingin turun ke bawah, menghambur dan memeluk mereka.

Terima kasih telah memberikan yang terbaik untukku meskipun belum dapat ku membalasnya. Terima kasih untuk pendidikan-pendidikan yang Ayah serukan lewat serukan lewat guyonan itu, tapi sangat melekat difikiranku dan tak akan akan pernah ku langgar. Aku janji. Aku ikut katamu, Ayah, tak ada pacaran sebelum aku jadi orang (emang sekarang monyet apa), tapi minta dispensasi sedikit ya Yah, karena aku masih belajar menghapus mereka dari hatiku. Kalau gombal masih boleh kan (dikittt ajaaa,,) hehehe. Dan kalau ada yang mencintaku dan aku mencintainya apa masih boleh aku pacaran, Yah (mustahil kayaknya ya, pasti ujung-ujungnya nangis lagi, pasti Ayah bilang begitu lagian sama aja Bohong ya, Yah, pacaran juga ujung2nya) hmmmm nanti Ayah jodohkan aku saja ya, terserah deh pilihan Ayah yang mana, tapi kalau boleh korting sedikit, Nek saget seng puterane Jendral niku lo, heheheee. Aku menggumam sendirian, sudah tersenyum rupanya aku.hehehehehe. ku tutup pintu kamarku, ku tutup jendela kamarku, ku tutup laptopku, ku tutup mataku, dan ku tutup dukaku. Gelap ……………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar