Seorang anak yang tak diinginkan Ayahnya.......
Dear, Ayah,,,,
Di saat banyak suami di luar sana berdoa agar Istrinya hamil, Ayahku malah menginginkan aku lenyap dari dunia ini.
Ayah, bukan inginku aku tertanam di rahim Ibu. Bahkan jika aku boleh memilih, aku tidak pernah ingin tercipta di dunia ini meskipun banyak kudengar dari mereka tentang keindahan dunia.
Ayah, mungkin Ayah sangat beruntung ketika dalam rahim Nenek Ayah tentu mendapat perlakuan yang istimewa. Nenek minum susu, makan makanan yang bergizi, kakek mengelus-elus perut nenek. Aku dapat membayangkan betapa bahagianya kakek dan nenek mendapatkan anak pertama.
Aku juga anak pertama dari Ayah. Tapi aku sakit, Yah. 3 minggu umurku dalam rahim Ibu, aku mendapat serangan jamu yang membuatku menjerit, rasanya aku ingin keluar saja dari rahim Ibu karena disana panas sekali, seperti di dalam neraka Yah rasanya.
Tapi aku mendengar hati Ibu berkata, “Nak, yang kuat ya Nak, Ibu tak ingin kehilangan kamu, Ibu terpaksa menuruti untuk minum jamu ini, bertahan, Nak. Ibu Mohon.” Aku merasakan linangan airmata Ibu menetes di atas perutnya dan membuat semua yang panas itu menjadi sejuk. Ada apa gerangan Ibu???? Ceritakan semua padaku.
Aku baru tahu bahwa aku adalah seorang anak yang tercipta dalam situasi yang tidak wajar. Aku tidak diinginkan, aku tidak diterima dengan senyuman yang sumringah dan lonjakan bahagia seorang ayah karena akan punya jagoan kecil.
Seketika aku sedih, Yah. Kalau Ibu ngidam, pasti tidak ada suami yang membelikan atau mencarikan sesuatunya dengan segera. Kalau perutnya sakit tidak akan yang mengelus-elus. Tidak ada yang menciumi perutnya sambil membisikan kata-kata sayang. Tidak ada yang mengantarnya ke dokter kandungan, tidak ada yang memperhatikan kesehatannya.
Waktu aku kena serangan jamu, seminggu Ibu kubuat tak bias bangun. Aku marah Yah. Aku benar-benar melakukan perlawanan. Aku ini anak yang kuat, aku harus punya kemampuan bertahan yang baik. Kasihan Ibu, Yah. Wanita itu sangat ingin mempertahankan aku meskipun nantinya dia akan kesulitan.
Ayah, aku tak begitu paham urusan orang tua. Tapi yang aku rasakan dari dalam sini, Ibu begitu menyayangi Ayah. Ibu tahu Ayah tak mencintai Ibu. Ibu tahu keterbatasannya membuat Ayah tak ingin benihnya berkembang di rahim Ibu. Tapi Yah, aku ada karena bukan sekali atau dua kali Ayah bercinta dengan Ibu, delapan kali Yah…..
Aku juga baru tahu Ayah dan Ibu tak punya hubungan pernikahan. Tak ada cinta dalam hati Ayah untuk Ibu. Ayah mungkin hanya menganggap Ibu seorang yang mungkin bisa dimanfaatkan karena ketulusan dan kepolosannya,
5 minggu aku bersemayam di rahim Ibu. Aku belajar banyak hal dari beliau. Ayah tahu, betapa setiap hari Ibu mendoakan kebahagiaan Ayah. Betapa Ibu menginginkan Ayah mendapatkan wanita yang menurut Ayah layak. Betapa Ibu menguatkan diri untuk menghadapi segalanya di masa depan dengan tidak ingin menyusahkan Ayah. Itu sudah ada aku di dalam rahimnya, Yah. Betapa dia tak menuntut untuk Ayah nikahi, betapa Ia tak meminta sepeserpun dari Ayah untuk menghidupi aku nantinya.
Di saat dia tahu aku sudah ada dalam kandungannya, Ibu masih bersikeras untuk menjodohkan Ayah dengan temannya entah siapa itu namanya yang menurut Ibu dapat membahagiakan Ayah.
Ayah!!!!! Betapa Ibu tak mau memberitahu Ayah tentang keberadaanku di rahimnya. Dia tak ingin membuat Ayah kepikiran. Dia tak ingin menyusahkan Ayah. Yah,,,,, betapa aku pilu menyaksikan ini, betapa rasanya aku ingin lekas besar dan mencari mana Pria yang telah membuat Ibuku seperti ini.
Sayup-sayup aku mendengar pertemuan Ayah dengan Ibu. Ayah tetap ingin aku dibuang. Ayah tak mau malu. Ayah memikirkan jabatan dan karir Ayah. Ayah menginginkan wanita karir yang amendampingi Ayah. Bukan wanita luar biasa sabar, tulus dan berjiwa besar seperti wanita yang aku huni rahimnya.
Saat Ibu berjanji tidak akan menuntut Ayah dikemudian hari, Ayah masih saja bersikeras ingin membuang aku, dengan alasan sepanjang jalan kenangan.
Yah. Harusnya Ibu menuntut untuk Ayah nikahi, harusnya Ibu menceritakan semuanya pada keluarga siapa pria yang telah menanam benih di rahimnya. Seharusnya Ibu bersikap demikian Yah. Jika sudah bisa menendang, akan kutendang-tendang perut Ibu untuk melakukan hal itu.
Namun perlahan wanita luar biasa itu berbisik padaku. “Nak, punya Ayah atau tidak, itu hanyalah status. Kamu masih punya Ibu yang siap menjadi Ayahmu, Ibumu, temanmu, menjadi apapun yang kamu pinta, asal nanti kamu menjadi anak yang luar biasa. Ibu tidak ingin memaksakan kehendakan yang orang lain tidak inginkan. Apa kamu mau punya Ayah yang tidak menyayangimu, apa kamu mau punya Ayah namun hatinya tidak padamu. Nak, kita pergi saja. Kita doakan saja yang terbaik untuk Ayahmu. Karena Ibu tak ingin memintanya dengan paksaan. Ibu meminta hati nuraninya yang bicara. Apapun yang terjadi Ibu tidak akan pernah membunuhmu, Ibu sangat menyayangimu, hanya itu yang perlu kamu tahu, nak.”
Baiklah, Kami pergi saja, Ayah. Biar nanti aku suruh Ibu membuat surat perjanjian yang isinya kami tidak akan memuntut Ayah, kami tidak akan meminta apapun dari Ayah. Aku Cuma minta satu Yah, jangan suruh Ibu membunuh Aku lagi. Aku sebenarnya marah pada Ayah, tapi kata Ibu, aku tak boleh demikian, aku harus menghormati Ayah apapun keadaannya. Kami doakan semoga karir Ayah menanjak, Ayah dapat membanggakan orang tua dengan mempersunting seorang wanita karir dan semua impian Ayah di dunia ini tercapai.
Kami pergi, Yah. Salam hormatku untuk Ayah. Aku janji akan jadi anak yang baik biar bisa mendoakan Ayah di kemudian hari. Salam sayang selalu dari Aku, Your little Superhero…….