Sahur hari ke pertama (01/08/2011), kami dikejutkan oleh suara anak kucing yang melengking. Sontak seisi rumah yang paling anti kucing berteriak dan berusaha menghardiknya dengan sapu lidi. Hush hush hush. Kecuali aku.
Kuambil anak kucing itu, kutaruh di atas telapak tangan. Aku tak tahu pasti berapa umurnya. Mungkn sekitar 2 bulanan. Bulunya kombinasi warna putih dan kuning kecokelatan. Kurus. Pasti sering kelaparan. Adikku sudah berteriak kencang menyuruhku membuangnya ke depan komplek. Tak kuhiraukan.
Aku ke dapur mengambil makanan. Rupanya si anak kucing mengikutiku. Adikku yang melihat kucing itu masuk rumahpun menjadi berang, dilemparkannya sapu. tepat sekali, dan anak kucing itupun mengeong kesakitan. Seisi rumah rumah memarahiku "cepaaattttt buang"
Aku membawa anak kucing itu ke jalan, kuberi dia makan dulu. Lahap. Hatiku gerimis melihatnya. tak sampai hati rasanya untuk membuang anak kucing ini. Dia datang entah darimana akupun tak tahu. Dia memilih untuk nekat menyinggahi rumahku tentu saja dengan harapan bisa dapat makanan. andai saja aku bisa memeliharamu di rumah, Puss... Nisikku dalam hati.
Ku gendong dia menuju jalan ujung komplek seraya ku elus. erangannya mengiba, seakan memohon agar dia tidak dibuang lagi, tidak ditelantarkan lagi. Berharap ada manusia yang berbaik hati mau memeliharanya paling tidak sampai usianya cukup mampu untuk mencari makan sendiri.
"Pus, aku doain kamu selalu sehat ya" kataku seraya meletakkannya di jalan.
Aku lari agar dia tak mengikutiku, tapi dia mengejarku dengan sempoyongan sambil mengeong seolah tak ingin ku tinggalkan. aku lari semakin kencang meninggalkannya sendiri.
Pulang sholat subuh, ku dapati anak kucing tadi "ndepipis" di depan pagar rumahku.
"Pussssss, jangan ke sini lagi nanti kamu dilempar sapu"
Dia mengeong menatapku sendu. Ya Allahhhhh, kasian sekali mahlukmu yang kecil ini. aku membawanya masuk. Ku taruh dia di garasi dekat rak sepatu. ada kardus di sana. ku posisikan gar tak terlihat oleh yang lain.
"Pusss,,, kalo kamu bisa ngerti omonganku, tolong jangan pernah meong-meong ya, tolong sekaliiii. ini demi keselamatanmu. nanti siang aku kasih makan. lamu diam saja di sini."
Ia mengeong perlahan.
tiga hari aman. tiap habis sahur, siang dan habis buka puasa aku memberinya makan.
Tiap kali aku sendirian di rumah, aku mengajaknya bermain, membawanya ke kamar, nonton, dan menemaniku browsing,, kubersihkan badannya, kuciumi dia dan aku mulai menyayanginya. Dia kucing penurut. Aku tak menaruhnya di garasi lagi, ku pindahkan dia ke kamar. Tentu saja ku kunci setiap aku pergi.
Seminggu bersamaku dalam persembunyian, badannya sudah kelihatan gemuk. Senangnyaaaa. Setiap kali aku lelah, melihat dia berulah di kamar aku jadi geli sendirian. kalau tidur pasti di bawah kakiku. yahhh konsekunsinya aku harus membersihkan kotorannya di kamar,, hmmm ga masalah....
Aku menikmati hari bersama pusss. aku menyadari ini berkah di awal ramadhan di mana aku di beri tanggung jawab untuk memelihara kucing itu meski dengan susah payah. Aku bersyukur, mungkin aku bisa dipercaya.... alhamdullilah
tepat dua minggu, hari ini (14/08/2011) Aku kehilangannya. tadi sore aku ke pasar juadah beli bukaan, aku lupa mengunci kamar... DEG.. darahku berdesir ketika masuk kamar. ku cari puss tak ada. Mbak Tri bilang padaku dengan ketusnya "Sudah mbak buang di Jeruju"
Ya Allah, Kakiku langsung lemas. Airmataku tak tertahan... "Lindungi Puss, Ya Allah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar